I.
PENDAHULUAN
Dalam
proses perjalanan hidup manusia mereka banyak mengalami periistiwa dan situasi
yang menimbulkan masalah yang mungkin tidak dapat diatasi. Alternative yang
pada umumnya digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan
membicarakannya dengan keluarga,guru,teman. Namun dalam ilmu penyuyluhan
memiiki banyak teori. Dan teori-teori tersebut akan kami bahas dalam makalah
ini. Pada proses tersebut konselor harus bisa menggunakan teori yang tepat
terhadap konseli, sehingga bisa tau akar permasalahan dan dapat menyelesaikan
permasalahan si konseli tersebut dengan cepat dan tepat serta tanpa menemui hambatan
yang begitu berarti.
II.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja teori dalam
penyuluhan ?
2. Motivasi proses penyuluhan
yang lebih humanis ?
A. Teori Difusi Inovasi
Difusi inovasi dikembangkan berdasarkan teori sebelumnya yang
dikemukakan oleh sosiolog dan ahli hukum Perancis, Gabriel Tarde, dalam bukunya
The Laws of Imitation (1903). Everett M. Rogers dan Singhal (1996) mengemukakan
bahwa difusi adalah proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran
tertentu pada waktu tertentu diantara para anggota sistem sosial. Suatu inovasi
adalah gagasan, perbuatan, atau objek yang dipahami sebagai hal baru oleh unit
penerimaan individual atau lainnya. Difusi inovasi adalah teori tentang
bagaimana sebuah ide atau teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan.
Teori ini menyatakan bahwa suatu inovasi (misalnya gagasan, teknik baru,
teknologi baru, dll) memencar atau menyebar dalam pola yang dapat diperkirakan.
Beberapa orang akan segera mengadopsi atau menerima suatu inovasi begitu mereka
mengetahuinya, sementara orang lain membutuhkan waktu lebih lama untuk mencoba
sesuatu yang baru, sedangkan kelompok lainnya lagi membutuhkan waktu yang lebih
lama, begitu seterusnya.
Difusi inovasi adalah proses sosial yang mengomunikasikan informasi
tentang ide baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian
perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial. Ada lima
tahapan penting dalam difusi inovasi yang menjadi inti proses difusi, yaitu
terdiri dari pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi
atau penegasan.
Contoh penerapan teori difusi inovasi pada penyuluh pertanian. Para
penyuluh pertanian mengadakan penyuluhan kepada petani agar menggunakan metode
pertanian terbaru untuk meningkatkan hasil panennya. Dalam komunikasi inovasi,
proses komunikasi antara (misalnya penyuluh dan petani) tidak hanya berhenti
jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan
tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun seringkali (seharusnya)
komunikasi baru berhenti jika sasaran (petani) telah memberikan tanggapan
seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi
tersebut.
Dalam proses difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting
menuju perubahan sosial sesuai dengan yang dikehendaki. Rogers dan Floyed
Shoemaker (1987) menegaskan bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus,
yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian
kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan
pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan”. Jadi jika yang
dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka kurang lazim disebut sebagai difusi.
Teori difusi inovasi sangat penting dihubungkan dengan penelitian efek
komunikasi. Dalam hal ini penekannya adalah efek komunikasi yaitu kemampuan
pesan media dan opinion leader untuk menciptakan pengetahuan, ide dan penemuan
baru dan membujuk sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut.
B. Teori Efek Komunikasi
Massa
Teori efek komunikasi masa terdiri dari beberapa teori sebagai
berikut:
a. Model Lasswell
Salah satu teoritikus komunikasi massa yang pertama dan paling
terkenal adalah Harold Lasswell, dalam artikel klasiknya tahun 1948
mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutif banyak orang
yakni: Siapa (Who), berbicara apa (Says what), dalam saluran yang mana (in
which channel), kepada siapa (to whom) dan pengaruh seperti apa (what that effect)
(Littlejhon, 1996).
b. Komunikasi dua tahap dan pengaruh antar pribadi
Teori ini berawal dari hasil penelitian Paul Lazarsfeld dkk
mengenai efek media massa dalam kampanye pemilihan umum tahun 1940. Studi ini
dilakukan dengan asumsi bahwa proses stimulus bekerja dalam menghasilkan efek
media massa. Namun hasil penelitian menunjukan sebaliknya. Efek media massa
ternyata rendah dan asumsi stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas
audience media massa dalam penyebaran arus informasi dan menentukan pendapat
umum.
Teori dan penelitian-penelitian komunikasi dua tahap memiliki
asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Individu tidak
terisolasi dari kehidupan sosial, tetapi merupakan anggota dari
kelompok-kelompok sosial dalam berinteraksi dengan orang lain.
2) Respon dan rekasi
terhadap pesan dari media tidak akan terjadi secara langsung dan segera, tetapi
melalui perantaraan dan dipengaruhi oleh hubungan-hubungan sosial tersebut.
3) Ada dua proses yang
langsung, yang pertama mengenai penerima dan perhatian, yang kedua berkaitan
dengan espon dalam bentuk persetujuan atau penolakan terhadap upaya
mempengaruhi atau menyampaikan informasi.
4) Individu tidak
bersikap sama terhadap pesan/kampanye media, melainkan memiliki berbagai peran
yang berbeda dalam proses komunikasi, dan khususnya dapat dibagi atas mereka
yang secara aktif menerima dan meneruskan/enyebaran gagasan dari media, dan
mereka yang sematamata hanya mengandalkan hubungan personil dengan orang lain
sebagai penentunya.
5) Individu-individu
yang berperan lebih aktif (pemuka pendapat) ditandai oleh penggunaan media
massa yang lebih besar, tingkat pergaulan yang lebih tinggi, anggapan bahwa
didinya berpengaruh terhadap orang lain, dan memiliki peran sebagai sumber
informasi dan panutan.
c. Uses and Gratifications
(Kegunaan dan Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu
Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif
untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media
adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha
mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya.
Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan
kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam
Bungin, 2007): (1) Kebutuhan dasar tertentu, dalam interaksinya dengan (2)
berbagai kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan (3)
struktur masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan (4) berbagai
percampuran personal individu, dan (5) persepsi mengenai solusi bagi persoalan
tersebut, yang menghasilkan (6) berbagai motif untuk mencari pemenuhan atau
penyelesaian persoalan, yang menghasikan (7) perbedaan pola konsumsi media dan
(8) perbedaan pola perilaku lainnya, yang menyebabkan (9) perbedaan pola
konsumsi, yang dapat memengaruhi (10) kombinasi karakteristik intra dan ekstra
individu, sekaligus akan memengaruhi pula (11) struktur media dan berbagai
struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
d. Uses and Effects
Pertama kali dikemukakan Sven Windahl (1979), merupakan sintesis
antara pendekatan uses and gratifications dan teori tradisional mengenai efek.
Konsep use (penggunaan) merupakan bagian yang sangat penting atau pokok dari
pemikiran ini. Karena pengetahuan mengenai penggunaan media akan memberikan
jalan bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi
massa. Penggunaan media dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti exposure
yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain,
pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi
terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi, fokus dari teori ini
lebih kepada pengertian yang kedua.
e. Teori Agenda Setting
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972).
Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa,
maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa
yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini
media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini
berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
f. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L.
DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang
mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media massa. Teori ini berangkat
dari sifat masyarakat modern, diamana media massa diangap sebagai sistem
informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan, dan
konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan individu dalam aktivitas sosial.
Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Kognitif, menciptakan
atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting, perluasan
sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
Afektif, menciptakan
ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral.
Behavioral, mengaktifkan
atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau
penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas
serta menyebabkan perilaku dermawan.
g. The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh
Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan dengan pertanyaan bagaimana
terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya pendapat
umum ditentukan oleh suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi massa,
komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu tentang pendapatnya dalam
hubungannya dengan pendapat orang-orang lain dalam masyarakat.
h. Stimulus – Respons
Pada dasarnya merupakan prinsip belajar yang sederhana, dimana efek
merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat
menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience.
Elemen-elemen utama teori ini menurut McQuail (1996): Pesan (stimulus), Seorang
penerima atau receiver dan Efek (respons). Dalam masyarakat massa, prinsip S- R
mengansumsikan bahwa pesan informasi dipersiapkan oleh media dan
didistribusikan secara sistematis dalam sekala yang luas. Sehingga secara
serempak pesan tersebut dapat diterima oleh sejulah besar individu, bukan
ditujukan kepada orang per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan
merespons informasi itu.
i. Information Seeking
Donohew dan Tipton (1973), menjelaskan tentang pencarian,
penginderaan, dan pemrosesan informasi, disebut memiliki akar dari pemikiran
psikologi sosial tentang sikap. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa orang
cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of
reality-nya karena informasi itu bisa saja membahayakan.
j. Information Gaps
Dalam membahas efek jangka panjang komunikasi massa, penting
dikemukkan pokok bahasan mengenai celah pengetahuan (information gaps). Latar
belakang pemikiran ini terbentuk oleh arus informasi yang terus meningkat, yang
sebagian besar dilakukan oleh media massa. Secara teoritis peningkatan ini akan
menguntungkan setiap orang dalam masyrakat karena setiap individu memiliki
kemungkinan untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia untuk memperluas
wawasan.
k. Konstruksi sosial media massa
Gagasan awal dari teori ini adalah untuk mengoreki teori konstruksi
sosial atas realitas yang dibangun oleh Peter L Berrger dan Thomas Luckmann
(1966, The social construction of reality. A Treatise in the sociology of
knowledge. Tafsir sosial atas kenyataan: sebuah risalah tentang sosisologi
pengetahuan). Mereka menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial
dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu
dengan lainnya di dalam masyrakat. Bangunan realitas yang tercipta karena
proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau
intersubjektif.
Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) berkaitan dengan saluran
komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi
massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi
(interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit
lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting
pada tahap persuasi.
3) saluran media masa
relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter
awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan
4) saluran kosmopolit
relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi adopter awal
(early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
C.
Teori
sosiologi.
Beberapa teori sosiologi yang dapat digunakan dalam penyuluhan
antara lain:
Teori fungsional. Suatu
masyarakat manusia akan sejahtera, hidup harmonis dan nyaman jika fungsi
masing-masing anggota masyarakat bersangkutan tidak lepas dari status, posisi
dan peranannya yang telah disepakati bersama dan tidak menyimpang dari tatanan
perilaku atau pranata sosial (social order) yang manusiawi dan bermartabat,
sehingga gejala konflik atau kejadian konflik sosial tidak terjadi.
Teori konflik mengacu
pada adanya pertentangan dalam diri individu yang disebabkan oleh adanya
kesenjangan antara kebutuhan dan kenyataan, kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, kesenjangan distribusi kekuasaan, kesenjangan dalam hal berkeadilan
dan kesenjangan dalam hal keterpercayaan sosial (social trust). Konflik bisa
terjadi dalam diri individu maupun antar individu. Terkadang konflik diperlukan
individu untuk mengetahui kualitas diri (sendiri atau orang lain). Konflik
menimbulkan ketidaknyamanan hidup seseorang sebagai akibat dari
ketidakmampuannya untuk berinteraksi, biasanya konflik mendorong individu untuk
melakukan semacam pelampiasan (kompensasi) atas segala sesuatu yang dianggap
salah pada dirinya yang terrefleksi pada perilaku yang tidak normal
(menyimpang)
Teori interaksi sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan antar individu berdasarkan nilai-nilai umum
atau perilaku yang dianut bersama.
Teori Perubahan Sosial.
Perubahan sosial mengacu pada kondisi masyarakat yang mulai meninggalkan nilai
lama secara bertahap dan mulai menganut/mengadopsi nilai baru. Sebagai contoh,
dahulu hubungan diluar nikah merupakan hal yang tabu tapi pada saat ini di
beberapa kota besar asal suka sama suka hal tersebut dianggap biasa.
Teori sistem nilai, sistem sosial. Masyarakat sebagai suatu sistem
sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan, memiliki
identitas tersendiri dan bisa dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa
dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Artinya bahwa ada susunan skematis yang
menjadi bagian dari unit tersebut yang memiliki hubungan ketergantungan antar
bagian. Masyarakat memiliki batas yang berhubungan dengan lingkungan (secara
fisik, teknis, dan sosial), yang memiliki proses eksternal dan internal. Loomis
dalam Boyle (1981) menyatakan bahwa suatu sistem sosial merupakan komposisi
pola interaksi anggotanya. Boyle (1981) mendefinisikan beberapa unsur dalam
sistem sosial yaitu tujuan, norma, status peran, kekuatan, jenjang sosial,
sangsi, fasilitas, dan daerah kekuasaan. Selain itu, terdapat proses yang
terjadi dalam sistem terseKata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”)
berasal dari bahasa Latin “communicates” atau “communication”
atau “cummunicare” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”.
Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya
yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Riswandi, 2009: 1).
Salah satu persoalan dalam memberi
pengertian atau definisi tentang komunikasi, yakni banyaknya definisi yang dibuat oleh
para pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya disiplin
ilmu yang memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya
psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, linguistik,
dan lain sebagainya. Jadi pengertian komunikasi tidak sesederhana yang kita
lihat sebab para pakar memberikan definisi menurut pemahaman dan perspektif
masing-masing (Cangara, 2007: 17).
Tidak terbatas pada bentuk komunikasi
menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni,
dan teknologi. Karena itu,
jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa
kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari
simbol–simbol yang digunakan dalam berkomunikasi (Cangara, 2007: 19-20).
but yaitu komunikasi, pembuatan keputusan, pemeliharan batasan,
keterkaitan sistem. Sistem nilai mengacu pada bagaimana anggota masyarakat
menyesuaikan dirinya untuk bertingkah laku berdasarkan acuan.
Teori perilaku kolektif.
Perilaku kolektif (collective behavior) merupakan cara pandang, bersikap dan
bertindak yang dianut dan diterapkan dalam masyarakat. Perilaku kolektif
terjadi pada saat kebutuhan mereka tidak terpenuhi dan/atau harga diri mereka
direndahkan oleh individu di luar sistem sosialnya. Bentuk perilaku kolektif
bermacam macam mulai paling sopan, toleran dan sabar sampai pada paling keras,
beringas dan anarkis. Perilaku kolektif umumnya ditunjukkan oleh masyarakat
yang relatif homogen dan tertutup.
Teori tersebut diatas dapat digunakan dalam usaha mengatasi dan
mengantisipasi masalah sosial yang terjadi. Berikut ini adalah beberapa contoh
penanganan masalah sosial dengan menggunakan teori sosiologi.
Salah satu tujuan utama kegiatan penyuluhan pembangunan dalam
berbagai bidang (pembangunan) adalah agar sasaran penyuluhan selaku subyek
mampu mengembangkan kesadarannya untuk mengubah perilakunya sedemikian rupa,
sehingga mereka dapat menempatkan perubahan (yang positif) sebagai bagian dari
kebutuhannya untuk hidup lebih sejahtera dan berkualitas.
Bila penyuluhan tidak berhasil maka akan menimbulkan berbagai
dampak yang tidak diinginkan, untuk itu perlu diidentifikasi kemungkinan
penyebab dan akar masalahnya untuk dapat melakukan pencegahan bagi masalah yang
mungkin terjadi.[1]
D.
Teori Rogers (Aktualisasi Diri)
Aplikasi Penyuluhan dalam Perspektif Humanistik
Carl Rogers
adalah seorang pendidik humanistik, menyatakan bahwa banyak aspek Pendidikan
dan penyuluhan yang belum menerapkan prinsip-prinsip humanis. Ide pokok dari
teori - teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk
mengerti diri, menentukan hidup, dan
menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang
dapat mempermudah perkembangan individu untuk mengaktualisasikan dirinya.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa lalu.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia dewasa seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi
diri dari fisiologis ke psikologis.[2]
Dalam memotivasi proses penyuluhan yang lebih humanis, Rogers
menawarkan beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh seorang
penyuluh, yaitu:
Manusia mempunyai potensi
alami untuk belajar dan mengembangkan dirinya
Materi penyuluhan harus
sesuai dengan tujuan penyuluhan
Belajar mandiri tanpa
tekanan
Teori harus diikuti
dengan praktek
Peserta penyuluhan harus
berpartisipasi aktif
Kebebasan dan
kreatifitas, serta
Belajar sambil berubah
Prinsip-prinsip penyuluhan humanis tersebut menurut Roggers
dimaksudkan agar para Penyuluh memberi motivasi pada dasar-dasar intrinsic, dan
kurikulum diperlukan jika semua instrumen/unsur-unsur penyuluhan sudah dapat
memenuhi kebutuhan dasar peserta penyuluhan. Prinsip penyuluhan humanis
tersebut diharapkan agar Penyuluh dapat membantu prestasi peserta penyuluhan
berdasarkan kepercayaan mereka tentang apa yang penting dalam pengajaran dan
bagaimana memotivasi mereka. Strateginya adalah, di ruang pertemuan peran
Penyuluh terutama harus focus untuk membantu peserta penyuluhan belajar tentang
bagaimana setiap individu peserta penyuluhan dapat mengenal dirinya sendiri,
dan kemudian mengenal orang lain.
III.
KESIMPULAN
Jadi
Teori penyuluhan dalam islam adalah landasan berpijak untuk mencapai
perubahan-perubahan yang sempurna pada diri seseorang menuju sikap positif
dalam berperasa, berperilaku dan berkeyakinan.
Secara
umum tujuan penyuluhan adalah membantu individu dalam mewujudkan keinginan
menjadi manusia yang seutuhnya baik di dunia maupun di akhirat.
Secara
umum proses penyuluhan di bagi ke dalam tiga tahap yaitu tahap awal, tahap
pertengahan, dan tahap akhir.
IV.
PENUTUP
Penulis minta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu tidak lain karena keterbatasan
kemampuan penulis sebagai seorang manusia biasa, tentunya untuk lebih
meningkatkan kualitas pada makalah berikutnya penulis penuh berharap atas saran
dan kritik dari para sahabat/i dan bapak ibu dosen pengampu.
Daftar Pustaka
Ahmad Subandi, Syukridai Sambas, 1999,
Dasar-Dasar Bimbingan (Al-Irsyad)
dalam Dakwah Islam, Bandung: KP-HADID
Fakultas Dakwah.
Faqih, Rahim Ainur, Bimbingan dan Konseling
dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka
Uii Press, 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar